Pesan Mindful Eating dari Chef Julian Slowik di Film The Menu (2022)

Hanjaya Woro
3 min readJan 13, 2023

--

“Do not eat. Taste. Savor. Relish. Consider every morsel that you place inside your mouth. Be mindful. But do not eat”- Chef Slowik (The Menu)

Kutipan di atas spontan tercatat baik-baik di pikiran setelah menonton The Menu. Film yang mengisahkan pasangan bernama Margot dan Tyler (Anya Taylor-Joy dan Nicholas Hoult) bersama beberapa orang ‘lapisan kelas atas’ lainnya menghabiskan makan malam di restoran eksklusif (Hawthorne) milik Chef Julian Slowik (Ralph Fiennes). Keahlian Chef Slowik dalam memberikan pengalaman gastronomi dalam menyajikan makanan mewah membuat namanya masyhur sebagai Chef Selebriti, di balik itu Chef Slowik telah menyiapkan ‘kejutan’ untuk para tamu yang dikemas dalam bentuk dessert makan malam.

The Menu bukan hanya tentang film kritik sosial, namun terselip juga pesan Mindful Eating di dalamnya.

Mindful Eating diartikan sebagai kebiasaan memberikan perhatian penuh pada setiap gigitan makanan di atas piring makanan. Perhatian pada apa yang dimakan, emosi saat makan, dan isyarat yang disinyalkan indra tubuh. Hal ini yang membantu seseorang untuk lebih menikmati makanan dan memberikan kejelasan pada rasa kenyang dan lapar.

“Do not eat. Taste.”

What does that even mean? Chef Slowik mengucapkan kalimat ini di awal perkenalan pada tamu restorannya malam itu. Bukankah memang itu tujuan tamu datang ke restoran? Untuk makan? Ya, benar. But not just to ‘eat’. Beberapa orang pernah makan tanpa sadar apa yang mereka makan — Saya sebut sebagai makan autopilot — makanan yang dilahap berlalu begitu saja tanpa memberikan rasa kenyang.

Mungkin ini yang ingin disampaikan Chef Slowik. Cicip dan rasakan setiap makanan yang dimakan.

Chef Slowik mengatakan“you will ingest: fat, salt, protein, and at times, entire ecosystems”. Kenali rasa asin, manis, pahit, asam, dan umami pada tiap komponen makanan yang dimakan.

“Savor. Relish.”

Kenikmatan pada saat makan hadir bila seseorang memberikan perhatian penuh pada saat makan, begitu menurut prinsip Mindful Eating. Nikmati makanan dengan menggigitnya kecil, sedikit demi sedikit dan kunyah menyeluruh lalu ditelan — hingga lumat bila perlu. Praktik kecil tersebut dapat mendorong seseorang untuk makan dengan perlahan dan merasakan keseluruhan cita rasa makanan. Makan dengan perlahan mencegah seseorang makan berlebihan dan lebih aware akan rasa kenyang.

“Consider every morsel that you place inside your mouth.”

Pada film The Menu, terdapat satu scene yang bersinggungan dengan kalimat di atas. Pasangan suami istri kaya yang merupakan pelanggan setia Restoran Hawthorne — 11 kali reservasi makan malam — yang lupa ketika diminta menyebut satu saja makanan yang terakhir kali mereka cicipi di restoran Hawthorne.

Mereka tidak sepenuhnya memberikan perhatian pada apa yang mereka santap.

Libatkan indra tubuh saat makan, perhatikan warna, aroma, suara, dan tekstur makanan yang dimakan. Lebih dalam lagi, perhatikan dari mana makanan tersebut berasal, bagaimana proses persiapannya, dan siapa yang memasaknya. Pemikiran tersebut mengajarkan untuk mengamati hal-hal yang kita santap.

Don’t be like that couple earlier.

Istrinya mencoba menyebutkan makanan yang terakhir kali mereka santap di restoran Hawthorne yaitu ikan cod, Chef Slowik menampik jawaban tersebut, kecewa, dikarenakan ikan yang dimaksud adalah ikan halibut, ikan langka yang ditangkap beberapa jam sebelum makan malam. Kecewa, dikarenakan setiap hidangan mewah yang ia buat selalu dipresentasikan sebelum disajikan. They weren’t paying attention.

“Be Mindful”

Sebuah upaya agar eating mindfully adalah dengan meminimalisir distraksi. Distraksi yang akhir-akhir ini sering dijumpai adalah distraksi visual baik itu menonton TV, video YouTube, atau scrolling media sosial lewat handphone.

Memang benar, terkadang menonton video-video tersebut menggugah selera makan dan membuat persepsi makanan yang disantap menjadi lebih lezat, hal yang perlu diketahui adalah indra penglihatan-lah yang memberikan isyarat suatu makanan menjadi menarik bagi otak, hal ini dapat memicu makan yang berlebihan — sering disebut lapar mata.

Maka dari itu, dengan meminimalisir gangguan yang terjadi saat makan, praktik Mindful Eating ini akan lebih terasa manfaatnya.

Mindfulness juga mengingatkan untuk menghargai tiap makanan yang disajikan. Hargai perjalanan makanan tersebut hingga terhidang di depan mata, praktik tersebut diharapkan memperdalam pengalaman makan dan memusatkan pikiran pada makanan yang sedang dimakan.

Akhirnya, Mindful Eating dapat diterapkan sebagai rutinitas, pelengkap dalam kegiatan makan, bukan sebagai aturan yang saklek dan mengurangi pengalaman makan itu sendiri.

--

--